MANGUNHARJO.NGAWI.DESA.ID-Sebagai masyarakat Jawa kita tidak lepas dari tradisi Jawa, salah satunya adalah tradisi nyadran. Nyadran merupakan serangkaian acara yang diawali dengan kerja bakti membersihkan makam ataupun tempat yang dikeramatkan warga. Kemudian dilanjutkan dengan doa dan sedekah bersama melalui acara slametan.
Jum' at, (14/07), warga Desa Mangunharjo Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi melaksanakan nyadran di pemakaman Mbah Jolono yang dipercayai sebagai tokoh yang mendirikan (Babat alas) Dusun Waruk.
Kegiatan ini dihadiri oleh kepala desa beserta perangkat desa, BPD, Bhabinkamtibmas , Babinsa dan masyarakat Dusun Waruk dan sekitarnya.
Acara nyadran kali ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh Kyai Mudzakir selaku tokoh agama masyarakat Desa Mangunharjo. Kemudian dilanjutkan dengan selamatan (Bancakan) dimana setiap warga yang hadir membawa nasi tumpeng dari rumah kemudian setelah selesai selamatan dimakan bersama-sama.
Setelah acara doa dan selamatan selesai, dilanjutkan pertunjukan wayang krucil yang dilaksanakan siang sampai malam hari. Pertunjukan wayang krucil ini dipercaya merupakan kegemaran Mbah Jolono dan sebagai upaya pelestarian kebudayaan Jawa. Biasanya, pertunjukan wayang krucil menceritakan kisah-kisah pada zaman penjajahan Belanda. Sehingga memberikan nilai-nilai patriotik dan perjuangan kepada ada para penonton.
Menurut Suprapto selaku Kepala Desa Mangunharjo, bahwa masyarakat percaya dengan melaksanakan nyadran mampu memberikan barokah kepada masyarakat. "masyarakat percaya dengan melaksanakan nyadran mampu memberikan barokah kepada mereka, dan yang paling penting dengan melaksanakan nyadran, berarti kita tidak lupa untuk menghormati para pendahulu kita." Ucap Suprapto.
Setelah doa bersama, kepala desa beserta rombongan melakukan kegiatan tabur bunga di makam para leluhur serta kepala desa dan perangkat desa Mangunharjo yang telah meninggal dunia. Hal ini bertujuan untuk mengingat perjuangan para leluhur dalam membangun Desa Mangunharjo menjadi sejahtera seperti sekarang.